Rabu, 05 Oktober 2011

BOLA TENIS

          Tenis termasuk salah satu olahraga paling populer di dunia. Tapi tanpa jasa si bundar berkulit kuning langsat yang rela jadi kutu loncat - lantaran dipukul raket ke sana kemari - tenis pasti tak akan sepopuler sekarang. Saking pentingnya peran si kuning, Federasi Tenis Internasional (ITF) sampai punya aturan sendiri soal bola yang dapat dimainkan di lapangan tenis.
Misalnya, harus berbahan dasar karet alam dan dilapisi dari bahan kulit domba (wol). Bola tenis pun wajib memenuhi spesifikasi teknis tertentu, seperti memiliki "kemampuan memantul" antara 134 - 147 cm saat dijatuhkan dari ketinggian 250 cm, mempunyai toleransi terhadap deformasi 0,5 - 0,7 cm pada beban 8 kg, berdiameter 6,5 - 6,8 cm, dan beratnya hanya sekitar 56 g.

          Sang kutu loncat pun tak boleh asal meloncat, karena itu didesain dengan tiga tingkat kecepatan, sesuai kondisi lapangan. Bola "cepat" untuk lapangan tanah liat yang dikenal lambat dalam memantulkan bola. Sementara bola "medium" dirancang untuk lapangan keras (gravel), dan bola berkecepatan "rendah" biasanya dimainkan di lapangan rumput (karena rumput lebih deras mengalirkan bola).
Orang Amerika rata-rata penggemar lapangan keras, sehingga menyukai bola "cepat" atau "medium" yang bertekanan udara 2 Atm. (atmosfer), karena dianggap lebih responsif. Sedangkan orang Eropa mayoritas menggemari lapangan rumput, sehingga "hanya" butuh bola bertekanan 1 Atm. Selain tekanan udara, panjang pendek serat atau bulu yang menyembul dari "baju" bola dipercaya ikut mempengaruhi laju. Bulu lebih panjang konon memiliki daya cengkeram dan aerodinamika lebih baik.